… the time.
Pak Affan, guru geografiku sewaktu SMA, mempunyai motto hidup yang luar biasa: putuskan dan jangan sesali. Aku mengiyakan selama bertahun-tahun lamanya hingga aku terlempar di sini.
Yakni aku menyesali satu hal.
Jika aku diberi kesempatan untuk mengubah sesuatu di masa lalu, aku ingin kembali di masa-masa saat menentukan pilihan kuliah, agar tidak terdampar lagi di sini.
***
Semenjak lulus SD, pilihan melanjutkan sekolah di mana merupakan keputusanku secara penuh. Meski orang tua tetap mendikte dengan meneruskan di pesantren, syukurlah aku menerimanya. Lalu aku masuk di pesantren pilihanku sendiri. Meski tak seindah bayanganku sebelumnya, ternyata aku benar-benar menikmatinya. Aku betah di sana, walau terkadang ada hal yang tidak menyenangkan. Namun aku tetap berbahagia.
Aku pun meneruskan SMA di pesantren yang sama, meski berbeda lokasi/cabang. Tiga tahun kuhabiskan suka duka di sana, dan aku lulus dengan sejuta kenangan indah tak terlupa. Lalu cobaan hidup menerpa saat aku tak lulus ujian perguruan tinggi, hingga satu-satunya pilihan hanyalah swasta. Begitu banyak pilihan, namun aku menjatuhkan nasibku di sebuah lembaga pendidikan profesi pertelevisian. Lembaga ini menawarkan pendidikan selama 2 tahun dengan sistem 30 % teori dan 70 % praktek.
Aku yang masih muda, amat tergiur dengan kerja di dunia TV. Siapa sih yang gak ngiler bila suatu saat nanti dapat berseragam hitam ala Trans TV atau sibuk menjadi tim kreatif suatu produksi acara TV? Begitu banyak alumninya yang telah bekerja di berbagai stasiun TV lokal dan nasional. Kebanyakan begitu lulus mereka langsung direkrut.
Bayanganku: kuliah di situ bakal menyenangkan dan selepas kuliah bisa langsung bekerja di TV dan meretas karir.
Kenyataan: aku tersiksa jiwa dan raga. Mengapa?
Ternyata aku lebih menang di bagian teori, bukan praktek. Ternyata kuliah di broadcasting menghabiskan banyak biaya untuk tugas prakteknya. Ternyata peralatannya tidak lengkap dan banyak yang rusak sehingga antar kelompok selalu rebutan. Ternyata bila ingin bekerja di TV, harus melanjutkan sekolah hingga sarjana.
Ternyata setelah aku lulus dari sini, aku tidak mendapat gelar apa-apa. Ternyata bila aku ingin gelar sarjana, aku harus mengulang kuliah dari awal. Ternyata untuk berkarier di TV, kau harus banyak bertaruh.
Dan semua itu baru aku (dan teman-temanku) tahu setelah aku bersekolah di situ. Di saat semua biaya pendidikanku di situ yang tak murah telah dibayar lunas.
Aku sedih. Sedih sekali. Rasanya aku benar-benar jatuh pada pilihan yang salah. Ternyata aku tidak menemukan passion-ku di sini. Salahku dulu terlalu ngetek untuk meneruskan kuliah di situ. Aku menyesal, mengapa tak kuturuti saja kata guruku untuk masuk jurusan bahasa Indonesia.
Terlebih pada orang tuaku, aku merasa amat berdosa. Karena aku tahu, output yang dihasilkan tidak sebanding dengan apa yang mereka bayarkan. (⌣́_⌣̀)
Pernah di cawu ketiga, aku hampir resign. Aku coba lamar pekerjaan satu-satu. Namun hingga pada akhirnya aku sadar, orang tuaku pasti bakal lebih terluka. Lagipula kuliah di situ kan dari awal sudah keputusanku sendiri, jadi aku harus bertanggung jawab menyelesaikan sampai akhir.
Meski teramat banyak cobaan, aku coba hadapi sekuat tenaga. Meski amat banyak teman yang tidak menyenangkan, setidaknya masih ada beberapa teman yang membuatku bertahan. Toh aku bakal lulus pada September 2015 ini. Dan aku tau, sebelumnya aku pasti diserang tugas bertubi-tubi dan menghabiskan banyak uang untuk keperluan ini-itu.
Yang harus aku tahu, masih banyak hal yang patut aku syukuri. Meski begini, aku masih bisa bahagia dengan aktif berorganisasi di luar kampus. Aku masih bisa melarikan diri dengan ngeblog. Aku punya seseorang yang hingga kini masih setia menawarkan bahunya kapanpun untukku bersandar.
Masih ada teman yang baik |
Masih ada mereka yang menyemangati |
Karena kita saling mendukung untuk tetap bertahan |
Nobody can go back and start a new beginning, but anyone can start today and make a new ending.
Have a blessed 2015! (É” ˘⌣˘)~♡
Tenang saja, semua pasti akan membaik. :)
ReplyDeleteTidak ada yang sia-sia kok di dunia ini :)
Yep, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu mau berubah. Everythings gonna be okay! :)
Deleteterkadang hidup ini gak selalu sesuai dengan keinginan kita
ReplyDeletesemoga sukses mbak :)
Ya, tinggal bagaimana caranya kita berdamai dengan kenyataan itu. :)
DeleteKayaknya, semua jurusan kuliah nggak ada tuh yang mudah dapet kerja begitu lulus. Asal tahu ya, jumlah lapangan pekerjaan di negara kita ini kan nggak sebanding dengan jumlah pencari kerja.
ReplyDeleteKalau menurutku sih, pendidikan yang selama ini kita tempuh seperti kuliah broadcasting mu itu adalah jalan untuk meningkatkan nilai jual kita di dunia kerja. Kita punya suatu keahlian yang mana tidak semua orang punya. Toh kuliah broadcasting nggak hanya berakhir di stasiun televisi tapi bisa juga kan "banting stir" ke sinema?
Sama seperti keinginanmu untuk kuliah bahasa Indonesia (aku tahunya sastra Indonesia sih :p), memangnya mudah untuk nyari kerjanya? Hayooo?
Kalau menurutku sih, apapun yang kita lakukan, asal dikerjakan dengan sungguh-sungguh, suatu saat nanti pasti membuahkan hasil yang bisa kita petik.
Haha, iya Mas. Tapi ini semacam 'penipuan' dari pihak akademi. Bilangnya mudah lho dapetnya. haha
DeleteNah itu dia masalahnya mas, setelah terjun, aku baru merasakan bener-bener gak cocok di bidang ini, apalagi sinema. Big no NO.
Toh kalo sama-sama susah cari kerjanya, lebih baik menggeluti bidang yang kita suka, kan? :p *saya suka belajar bahasa Mas :))
Iya.. toh, aku masih berusaha menyelesaikan. Kurang setengah tahun lagi. Mangats! ^^
cobaan cuma buat menguatkan doang. masih banyak hal yang perlu disyukuri, semangat! keputusan buka untuk disesali, sama seperti kta gurunya :)
ReplyDeleteSip, bener! Karena dengan cobaan, aku tahu kalau Allah masih sayang padaku. :)
DeleteSemangat ya mba, semoga allah SWT selalu berikan rejeki untuk menuntaskan kuliah, insyaallah!
ReplyDeleteAmin mbak Kania... semoga ya. :') Saya nggak putus harapan kok. :))
Deletebener Ka...kamu harus sukses dgan caramu sendiri..semangat pasti bisa...
ReplyDeleteIya mbak Dwi, makasih ya :))
Deletekalo nasi udah menjadi bubur, kasih aja suwiran ayam, telor rebus, dan potongan cakwe.. setidaknya bubur itu akan lebih enak untuk dimakan. Nggak ada sesuatu yg benar2 sia2, bahkan dari sesuatu yg tidak kamu sukai sekalipun. ada banyak pelajaran yg bisa kamu ambil :)
ReplyDeletetetep semangat, tetep berusaha.. semoga kamu dapat semangat dan motivasi lebih untuk menghadapi ini semua. ingat 2016 ;)
Amin... semoga pada akhirnya dapat mengantarkan pada apa yang aku ingini selama ini. :')
DeleteIyaa iya :D
semoga pilihannya tidak salah ya
ReplyDeletemungkin nanti ada saat kamu mensyukuri pilihanmu itu
entah kapanpun itu hehe
semangat ya :)
Amin.. aku percaya kok :))
DeleteTerima kasih :')
sabaar mbak... pasti ada jalan... btw, nyantri dimana?
ReplyDeleteIya mbak.. :) di MBI AU :D
DeleteTerus berjalan aja, nanti lancar-lancar aja :)
ReplyDeleteAmin.. semoga ya :)
DeleteKata orng bijak, tanyakan hati kecil tentang apa yang terbaik baut kita. Mnta restu Bunda trhdp apa yang kita siapkan. Krna hati kecil tak prnah brdusta pada pemiliknya, dan seorang Bunda tak akan pernah berniat menjerumuskan anaknya dalam lubang kehancuran.
ReplyDeleteBertahan? Bisa jadi itu yang terbaik. Resign? Boleh jadi malah itu lebih baik. Asal sesudah itu ada rencana matang. Gak sekedar keinginan berlapis ambisi semata. Kalo bertahan, apa aja yg harus dilakukan? Kalo resign, mau lanjut kemana? Harus jelas kemana mbak akan menaruh masa depan selanjutnya.
Dan well, ada bgitu bnyak jalan untuk membuat bahagia orang tua. Sukses dan mnjadi orang hnya satu di antara ribuan jalan yang ada. Hal-hal sederhana semacam mendoakan dan brtanya kabar keduanya bisa jadi jauh lebih bermakna asal ikhlas. Knpa gak coba bisnis di bidang lain, mbak? hehehehe. Mbak beruntung punya orng-orng baik di sekitar. Saling menyemangati utk melangkah lebih jauh.
Juga anak pesantren? Wah, sama dong. Salam kenal dari sesama santri, Chairul Sinaga. Mampir ke gubug saya di http://chairulsinaga.blogspot.com/ *piss
Iya Mas, alhamdulillah saya udah mantap mengambil keputusan untuksaikan kuliah. :)
DeleteSemuanya sudah saya jabani, mulai dari istikharah, minta restu, bikin plan A dan B, dll.
Iya. Terima kasih banyak ya :))
ngakak pas baca kata cawu,mendadak ingatan umundur ke tahun2 dulu pas masih sekolah hehehe....apapun itu,semoga kamu lebih sukses ya mbak^^
ReplyDeleteHihihi iyaa, jadul banget :3
DeleteIya mbak Hanna, semoga diijabah :')
Semua insya Allah punya hikmah. Bukan sekedar teori tapi harus yakin seperti itu. Kita tidak pernah tahu rencana Allah dibaliknya. Terkadang hikmah itu bisa dipetik bertahun-tahun dari terjadinya. Tetap semangat and be positive thinking :)
ReplyDeleteAmin mbak... semoga saya diberi hikmah atas apa yang saya terima :))
Delete