The Beauty Blue in Saphire

Awalnya, aku gak pernah ambil pusing mengurusi busana untuk dipakai ke acara resepsi pernikahan. Dulunya aku juga sering mengernyitkan dahi bila mendapati pelanggan ibu yang bersorak kegirangan mendapati busana yang bagus untuk dipakai ke acara mantenan (FYI, ibu membuka toko baju di rumah). Pikirku waktu itu, emang kenapa sih dateng ke acara mantenan kudu tampil memesona habis-habisan?

Ya maklum lah, aku nggak berpengalaman diundang ke acara nikahan. Ketika ada kerabat yang menikah, aku nggak pernah hadir karena posisiku masih nyantri di penjara suci kala itu. Kalau pun kondangan ke resepsi pernikahan guru-guru di pesantren, aku dan teman-teman pede aja tampil dengan busana apa adanya. Yang penting rapi dan sopan, gitu aja sih. Bahkan selepas dari pesantren dan kali pertama mendapat undangan nikahan secara pribadi (maksudku, yang benar-benar ditujukan padaku) dari teman SD, aku masih tampil biasa aja. Namun aku cukup mengerti untuk mengenakan pakaian yang lebih anggun, semi-formal dan menarik.

Aku yang paling kiri

Namun lama-kelamaan aku mulai memahami esensi tampil all-out pada resepsi nikahan. Apalagi kalau resepsinya ada di gedung. Buatku, resepsi pernikahan bisa dianggap sebuah pesta bagi masyarakat Indonesia. Berhubung kata ‘pesta’ identik dengan perayaan orang kaya, resepsi pernikahan bisa jadi ‘pesta yang lebih merakyat’. Setuju, gak?

Karena aku terlambat menyadari pentingnya memiliki busana untuk acara resepsi pernikahan, aku sempat dibuat kalang kabut. Jadi waktu itu masih awal-awal jadian dengan Muffin. Kemudian aku diajak datang ke acara resepsi pernikahan sahabatnya. Awalnya aku woles sih, soalnya aku punya long dress yang bisa kukenakan. Hanya saja posisinya di rumah, bukan di kos. Malahan aku gak sempat pulang untuk mengambilnya. Alamak, di hari-H akhirnya ngebut nyari baju pinjaman (budaya anak pesantren ah :p). Untung resepsinya malam hari, jadi masih keburu waktunya. Dan syukurlah, nemu juga yang pas. :)

Nggak mau kejadian seperti itu terulang kembali (terlebih merepotkan orang lain juga kan), aku pun mulai mengantisipasi dengan menyimpan busana pesta di kos. Kalau-kalau ada hajatan lagi biar nggak bingung. Namun yang terjadi kemudian adalah aku keranjingan koleksi busana pesta atau outfit-outfit yang bisa dikenakan untuk kondangan. Syukurlah aku bisa menyetop nafsu belanja mengingat belum semua koleksiku terpakai di resepsi pernikahan.

Nah, kali ini aku mau share salah satu koleksi busanaku, yakni chiffon dress dari Andavi ID. Aku juga menyukai busana berbahan chiffon loh, karena dapat membuat si pemakai terlihat lebih anggun. Terlebih chiffon dress dari Andavi ID ini membuatku merasa bak seorang puteri!

Kata Muffin, aku terlihat makin ayu dan kalem (tampangnya doang, dalemnya tetep liar mwahahaha). Terlebih aku memadukannya dengan pink flower crown dari @sampanmimpi. Tambah kayak bidadari jatuh dari langit *pede banget*.

Selain aku suka warnanya yang soft, detail motif di bagian atas dress ini memang indah. Kesannya cantik. ^^ Long dress ini juga nyaman di pake plus gak perlu kuatir nerawang karena ada dalamannya. Oya, gegara bentuk tubuhku yang gede di bagian dada, pinggang dan perut, aku sempet gak pede. Tapi kata Muffin, penampilanku gak ada masalah kok. Nah, buat kamu yang berbadan bongsor sama sepertiku, kurang lebih ya seperti ini hasilnya bila dikenakan.

Look at the detail!

Curcol dikit, aku pake wedges yang kubeli secara online di hijabenka.com. Harganya 130 ribuan dan ternyata emang nyaman banget pemakaiannya. Gak bikin kaki mudah pegal. Aku bisa betah pake dari 3-5 jam. :D

Koleksi busana kondangan udah mantep nih, tinggal nungguin undangan datang. Tapi di tahun ini kok aku gak dapet undangan resepsi pernikahan sama sekali ya *ngenes di pojokan*. Eh dapet sih bulan Februari lalu dari temen SMP-ku, tapi kan waktu itu aku lagi magang di Jogja. :3 Kalau begitu, Chocoreaders ada yang berminat mengundangku ke resepsi pernikahan? Ditunggu ya. :p