Budaya Plagiat dan Pencurian Konten di Indonesia
Beberapa waktu lalu, aku dibuat takjub dengan status Facebook seorang remaja perempuan yang menurutku mind blowing banget. Yang tak lain dan tak bukan adalah Afi Nihaya, yang mempopulerkan status Facebook ke-bhinneka-an berjudul 'Warisan'.
Tapi itu nggak berlangsung lama. Sejak awal Juni, berhembus kabar nggak enak bahwasanya status 'Warisan' dan beberapa status Facebook Afi lainnya merupakan hasil copas. Yep, copy paste.
Jauh di dasar hati ya aku akui kecewa. Ya mungkin Afi nggak tau kalo perbuatannya adalah plagiasi dan itu nggak baik. Yaudahlah namanya juga anak muda, pernah khilaf. Tapi yang paling membuatku kecewa adalah cara Afi bersikap defensif. Lewat status pengakuannya, ia menulis:
"Apakah aku pernah melakukan plagiasi? Ya.
Kita semua pernah. Siapa yang tidak pernah melakukannya? Mulai dari tugas sekolah sejak SD, makalah kuliah, ujian, sampai caption foto di media sosial. Kalaupun kita mengklaim punya hak cipta atas suatu gagasan yang brilian, maka gagasan tersebut tetaplah akumulasi dari segala hal yang berhasil kita serap sehari-hari.
Tak ada gagasan yang benar-benar murni, asli."
IMHO, kalimat yang terangkai itu menciptakan semacam pembenaran. Seperti, "Ayo lah, kita semua udah biasa melakukan plagiasi. Kenapa kudu dipermasalahin?"
Kemudian pemikiran seperti ini diaminkan oleh beberapa orang. Nggak seorang dua orang yang aku temukan di lapak artikel yang membahas tentang Afi, kurang lebih berkomentar begini,
"Toh yang disebar kan tulisan positif, bukan hoax atau hate speech. Yaudah lah gapapa."
"Sayang banget ada anak yang berkebangsaan malah diributin cuma gara-gara copas."
"Hari gini masih ngeributin plagiarisme. Haha.. Pantes Indonesia nggak maju-maju."
Kok kesannya kayak yaudah gapapa korupsi toh duitnya disedekahin ke orang yang membutuhkan. Gapapa mencuri toh berbakti kepada orang tua. Gapapa ngerampas harta orang lain asalkan nggak pamerin tetek sambil naik kuda.
Endebrei endebrei endebrei.
Ada yang berpendapat, plagiarisme itu kejahatan intelektual. Jahat karena tidak menghargai orang yang sudah melahirkan buah karya/pemikiran, lalu diakui orang lain secara sepihak. Ibaratnya, kamu yang sudah capek-capek mengejar si dia kemudian nembak dan diterima. Eh... gataunya malah diakuin pacar orang lain. Kan jahat. :(
Jadi begini, hanya karena banyak orang yang (sengaja maupun nggak disengaja) melakukan praktik plagiasi, lantas bukan berarti kegiatan itu dibenarkan. Kalo kamu pernah khilaf melakukan plagiasi; suka nyomot konten sana-sini ato copas tanpa menyantumkan sumbernya, maka sudahi saja. Jangan dibawa sampe tua. Karena mirisnya, ada lho kasus plagiarisme yang dilakukan oleh orang berpendidikan sekali pun.
Baca: Antara Afi dan Anggito Abimanyu, Mengapa Harus Berbeda Sikap?
Menurutku, plagiarisme itu menghilangkan esensi 'penghargaan' atas sebuah karya. Contohnya pada kasus status 'Warisan' Afi yang terbukti meng-copas postingan FB milik Mita Handayani. Nah, yang dielu-elukan sebagai pahlawan ke-bhinneka-an siapa? Yang diundang ke Istana Negara untuk menghadiri perayaan hari lahirnya pancasila siapa? Afi, kan? Bukan Mita Handayani.
*kemudian ada bisik-bisik tak sedap, "Ah iya kalo itu Mita sendiri yang nulis. Kalo ternyata nggak murni bikinan dia juga gimana? Hayo..."*
Ya sudah biar itu jadi tanggung jawab Mita nantinya. Saat ini kan konteksnya soal Afi, ya jangan ngelantur dong.
Selain plagiarisme, budaya jelek lain yang sering dianggap lalu di Indonesia adalah pencurian konten. Terkutuklah wahai akun-akun Fanpage/Instagram/Youtube bahkan website abal-abal yang suka mengunggah konten milik orang lain tanpa menyantumkan dari mana sumbernya.
Di Instagram tuh, buanyaaaak banget akun-akun repost seliweran. Udah gitu views dan followernya banyak pula, bahkan bisa jadi lebih banyak dari si pemilik konten asli. Enteng banget ya kerjaan akun-akun semacam itu, mereka tinggal nyomot sana-sini dan dapetin banyak follower, trus dimanfaatkan untuk endorse dan paid promote. Yang susah-susah bikin konten cuma gigit jari.
Di Youtube juga, banyak banget channel re-uploader. Mereka mengupload ulang video yang dianggap viral/menarik, trus dimonetisasi. Cih, enak ye bisa dapet duit tanpa susah payah bikin konten?
Kalo nemu akun-akun kayak gitu, report aja deh. Udah kayak halma/benalu yang kudu dibabat abis soalnya merugikan. Karena ketika mereka mencuri konten orang lain, sama aja dengan mencuri hak orang tersebut. Contohnya, apresiasi dan monetisasi yang harusnya ditujukan pada si pemilik konten asli malah lari sebagian ke akun-akun pencuri konten.
Fenomena pencurian konten yang kerap aku dan teman-teman blogger alami tuh penggunaan foto tanpa izin. Bahkan nggak sedikit pencuri konten ini nambah watermarknya sendiri. Oh men, ngasih watermark itu kan sama aja dengan mengakui kepemilikan. Gambar itu milikmu, padahal bukan.
Aku pernah jadi korban pencurian konten dan aku tulis detil ceritanya di postingan ini > Ketika Gambar Diambil Orang
Sebagai pembuat konten, kenapa sih kita marah kalo konten kita dipake orang tanpa izin?
PERTAMA, kita nggak mau konten itu dipergunakan untuk hal-hal yang bertentangan dengan isi hati atau pikiran kita.
Contoh, fotoku yang berupa selfie dengan gigi gingsul pernah dipake untuk artikel yang membahas suka-duka pemilik gigi gingsul. Eh, fotoku diunggah pake caption yang gak ngenakin banget! Ya jelas lah aku protes keras!
KEDUA, pencurian konten dapat berpotensi mencemarkan nama baik orang-orang yang ada di konten itu. Contoh nih, pengalaman temen blogger yang bernama Mbak Qiyah. Sebuah fanpage portal berita 'islami' mencomot foto arisan Mbak Qiyah dan teman-temannya untuk header foto artikel yang berjudul "Ngakunya Muslimah Pakai Baju Syar'i, Tapi Sukanya Nongkrong Melulu, "Cabe" Bukan?"
DHUARRR! Kurang azar banget kan? Mana wajah Mbak Qiya dan temen-temennya terpampang nyata di situ, seolah-olah merupakan "cabe" yang dimaksud. Kan gengges.
KETIGA, kita nggak mau konten kita dipake 'secara cuma-cuma' untuk keuntungan si pencuri itu. Misal untuk kepentingan komersil. Kan nggak fair yah dia dapetin duit pake modal konten orang lain. Nggak pake capek-capek mikir.
Beauty blogger nih, biasanya foto-foto swatches-nya dicomot ama akun-akun olshop. Tapi kebanyakan legowo sih selama watermarknya gak diganti/dihilangin/ditumpuk watermark olshop itu sendiri. Ada juga yang penting nyantumin sumber ato ngetag si pemilik konten. Intinya situ gak 100% ngaku-ngaku yang punya konten.
TERAKHIR, kita marah karena kebanyakan si pencuri konten ini BERSIKAP AROGAN. Pas kepergok, mereka boro-boro mau minta maaf. Seringnya langsung ngehapus konten yang dicuri, bahkan ngeblock kita sebagai pemilik konten. Udah gitu aja langsung cuci tangan. Kan kampret, minta disuguhin pantat ayam tau gak. ðŸ˜
Mbok ya kalo emang salah itu minta maaf. Kalo malu minta maaf secara publik, toh ya gapapa minta maaf secara privat. Namanya juga manusia, tempatnya salah dan khilaf. Kitanya pasti mau maafin kok, asal ya jangan arogan gitu.
Well, kalo kamu emang kepepet banget buat pake konten orang lain tapi malu buat minta izin, minimal cantumin sumbernya lah. Tapi dengan konsekuensi kalo pemilik konten tersebut nggak berkenan, ya kamu harus nurutin maunya. DAN JANGAN LUPA MINTA MAAF. Minta maaf itu penting gengs, karena itu salah satu bentuk kerendahan hati kita sebagai manusia. Emang kamu siapa kok gengsi minta maaf? Malaikat? Ato jangan-jangan emang iblis/syaitan yang dari sononya aja udah sombong? Inget kan, syaitan/iblis itu sombongnya minta ampun dari jaman disuruh Allah bersujud untuk Nabi Adam malah kagak mau.
At least, ada untungnya sih kasus plagiarisme yang dilakukan Afi ini rame dibicarain di penjuru medsos. Beberapa orang mulai sadar untuk mencantumkan sumber konten-konten yang diupload dan bukan miliknya. Ayo kita berbenah lebih baik lagi, perangi plagiarisme dan pencurian konten mulai dari diri sendiri!
Untuk generasi yang lebih baik,
-Hilda Ikka-
Hmm..
ReplyDeleteLengkap ulasannya ��
Nggak ngerti dgn org yg suka plagiarism
terus dipake utk caption atau title negatif.
Klo masalah copas mengcopas gambar, padahal udah banyak yg free dan bagus-bagus
Yah, mungkin dia enggak tau 🤣
DeletePernah ngalamin sih konten blog dicopy ama temen sendiri. Saya protes dan dia minta maaf. Hiks, syedih apalagi kita nulisnya kerja keras terus seenak jidar disalin gitu aja
ReplyDeleteHaishh, temen sendiri. Syedih ya, tapi semoga sejak saat itu temen Mbak akhirnya jadi aware. ^^
DeleteSejak kuliah, dosen selalu membiasakan mahasiswa memberi credit dari setiap kutipan untuk tugas. Ini jadi kebiasaan dan semakin sadar pentingnya memberi credit atas karya apapun, termasuk foto buat cover blog, hehehe.
ReplyDeleteBener Mbaak. Tapi praktiknya, di tempatku sih masih kendor. Adaa aja temenku yang gak ngerti pentingnya masang credit huft
DeleteIya bener, parah beud udahnya nyuri foto, captionnya malah ngejelekin.
ReplyDeleteGengges banget ya Jeng AFI, udah plagiat eh diundang presiden. Yang penulis senior bertahun2 nulis dari pikiran sendiri aja belum tentu bisa ketemu wuahahaha... Kata temanku, tulisan plagiat itu biasanya bagus. Jadi kalau satu orang bisa nulis bagus terus, bisa diwaspadai. Apalagi usia masih muda & pengalaman blm banyak. Jangan terburu terpesona.
ReplyDeleteBener Mbak, aku dulu punya temen SMA yang kritis kayak Afi.. suka nulis-nulis begitu. Iya bermula dari banyak membaca referensi kemudian ya dia olah sendiri.. lah kalo Afi 90% tulisannya plek ketiplek.
Deletewah saya kurang setuju sama kalimat mba Leyla Hana, wkwkkw. "usia masih muda & pengalaman blm banyak" bukan soal Afi sih ya, di luar konteks ini. kalimat mbak itu bener2 meremehkan hahaha, saya sebagai 'junior' sih ngerasanya gitu. umur beda jauh, pengalaman beda jauh. khawatirnya kalau tiba2 tulisan saya di blog atau IG bagus trus mbak curiga itu hasil kopas ya gitu ya
Delete"Terkutuklah wahai akun-akun Fanpage/Instagram/Youtube bahkan website abal-abal yang suka mengunggah konten milik orang lain tanpa menyantumkan dari mana sumbernya."
ReplyDeletehaha.. aku suka, aku suka... :-D
Ayooo kita perangi! 😃
DeleteMemerangi plagiat penting banget, dan wajib tapi saya ngeri sama bullyan yang ditujuan Afi , meski saya juga ga suka dengan perilaku plagiasi nya Afi
ReplyDeleteNah.. kita bisa memerangi plagiasi tanpa bully harusnya..
DeleteAah.. Paling suka sama kata2 "Minta maaf itu penting gengs, karena itu salah satu bentuk kerendahan hati kita sebagai manusia" deh.. Dan bener, plagiarisme gak boleh dianggap enteng.. Semoga ke depannya banyak orang lain aware sama plagiarisme ini ya
ReplyDeleteNah, kasusnya Afi kan dia sempat bersikap arogan bahkan menyangkal. Ya, moga mulai detik ini masyarakat Indonesia melek awareness nya. Aamiin ya Mbak..
DeleteSusah sih ya mb klo udh biasa jadi plagiat, supaya di puji banyak orang terus viral deh..semacam si Afi 😓😅
ReplyDeleteSudah di awang-awang Mbak.. tinggi, sampe lupa daratan :)
DeleteAku pun gemeees bgt kalo ada kasus plagiat2an begini.. Status, foto, semuanya diambil seenaknya jidat.. Dan tiada kata maaf pun.. Huhu.. Kesannya kok nganggur enteng bgt ya, padahal sama aja kayak nyuri.. :( Semoga gak di copypaste lagi punyamu jg ya ka..
ReplyDeleteIyah banget! Ayok perangi akun-akun nggak sehat itu! *siapin bambu runcing digital*
DeleteKalau saya andai ada yg nyomot foto ata tulisan saenak udelnya sendiri, mungkin sebatas ngingetin ya. Tapi, amit2 moga2 saya, kita semua dihindarkan dari nyuri karya org lain
ReplyDeleteYang ada dalam pikiranku adalah gimana perasaan orang tua Dik Afi ya dengan kasus plagiasi ini?
ReplyDeleteMakasih mb, tulisannya aku suka banget banget dan banget. Salam kenal yak?
Bener banget..bener banget.. herannya masih banyaj yg nganggep plagiat sebagai masalah sepele...mau dipidanakan jg blom bisa y?
ReplyDeletepernah juga sih ada orang lain yang copast konten/tulisan saya, tp syukurnya mereka masih mau nyantumin sumber dan gak dipake utk hal2 negatif.
ReplyDeleteKalau di dunia blogger, Amerika dan Inggris menerapkan aturan bahwa konten yang di upload tidak boleh plagiat dengan tingkat unik konten tertentu.
ReplyDeleteTapi di Indonesia peraruturan tentang plagiat konten sepertinya gak ada. Mungkin pemerintah Indonesia kurang peka sama hal seperti ini.
Enak aja menyamakan dg orang lain. Nggak semua orang pernah melakukan plagiasi, apalagi dengan pongahnya kayak gitu. Memang nggak ada sesuatu yg baru dimuka bumi ini tp ada beda besar antara plagiat dg terinspirasi. Plagiat itu plek jiplek nyontek kyk yg dia lakukan. Terinspirasi itu pasti masih ada deviasinya, nggak sama persis. Lagian sbg orang cerdas kok dia nggak tau bhw kalimat itu milik Malala? Itu quote yg sangat terkenal lo. Ayo Afi baca yg banyak lagi.
ReplyDelete