Dibandingkan dengan Kota Batu, Kota Malang memang tidak punya banyak jujugan wisata yang menarik (dulunya). Berbeda dengan Kota Batu yang dipenuhi beragam objek wisata, Kota Malang lebih dikenal sebagai Kota Pelajar. Setidaknya ada 3 universitas negeri yang letaknya berdekatan, yaitu Universitas Brawijaya, UIN Malik Ibrahim, dan Universitas Negeri Malang.
Kini, Kota Malang telah memiliki 2 objek wisata populer. Pertama, Hawai Waterpark Malang yang kali pertama aku kunjungi saat honeymoon pada tahun 2016.
Kedua, Kampung Warna-Warni Jodipan yang baru aku kunjungi Oktober 2017 lalu. Telat banget deh ke sananya, secara udah diresmikan sejak September 2016. Etapi ada untungnya juga sih aku, karena jembatan kaca yang menghubungkan Kampung Warna-Warni dan Kampung Tridi baru rampung pada September 2017.
Well, sepintas Kampung Tridi ini ya sama aja kok dengan Kampung Warna-Warni. Cuma lukisan di dinding rumah-rumah warga lebih didominasi dengan lukisan 3D. Untuk spot foto lain, sejenis dengan yang di Kampung Warna-Warni (tapi tak sama).
Sebelum ada jembatan ini, untuk menuju Kampung Tridi dari Kampung Warna-Warni (atau sebaliknya) harus memutar dan naik turun tangga lagi. Capek deh! Makanya senang sekali atas pembangunan jembatan ini dan aku pun merasa berkunjung di waktu yang tepat. 😃
Oya, pada April 2018 lalu aku balik berkunjung ke sini. Nggak cuma berdua Muffin, melainkan bersama adik-adikku juga. Makanya foto-foto berikut ada 2 versi. Jangan dikira aku dan Muffin berganti baju untuk foto ya, karena kami nggak seniat itu! 😂
Kalau datang bersepeda motor, ada baiknya menuju Kampung Tridi terlebih dahulu karena di situ ada area parkir motor yang memadai. Sementara kalo datang bermobil, langsung tuju Kampung Warna-Warni Jodipan saja.
Biaya parkir motor Rp2000,-
Tiket masuk Rp4000,-/orang (dapat cinderamata gantungan kunci).
Dekat dari parkiran motor ini udah ada beberapa spot foto favorit pengunjung, seperti undakan pohon dan jalan setapak menurun yang beratapkan rupa-rupa hiasan.
Puas berfoto, kami melanjutkan perjalanan menuju jembatan kaca. Awal mulanya jembatan kaca ini digadang-gadang menyerupai jembatan kaca fenomenal di China. Namun ternyata.. tidak se-ekstrem itu kok. 😆
Saranku, kalau mau datang berkunjung di saat weekend, datang lebih pagi ya! Sekitar pukul 7 udah harus sampe sini biar bisa pepotoan di jembatan kaca. Karena pada pukul 8, jembatan mulai penuh sesak dengan pengunjung yang ingin narsis.
Nih, kacanya nggak full kok. Masih ditopang besi. |
Lagipula lebih enak datang lebih pagi, matahari belum begitu terik sehingga hasil jepretan kita nggak terganggu oleh shadow (bayangan yang dihasilkan akibat pengaruh cahaya matahari).
Untuk melintasi jembatan kaca menuju kampung seberang, dikenai biaya lagi sebesar Rp3000,- untuk biaya perawatan Kampung Wisata Jodipan. Awalnya tuh aku skeptis. Eh beneran dirawat lho, karena pada kunjungan kedua banyak properti foto/hiasan yang diganti baru. Wah kalo begini sih gak bakal bosen balik lagi.
Ini pas kunjungan 2017 masih 2 ribu 😆 |
Di sebelah bantaran kali ada beberapa lapak pedagang jajan. Aku paling demen jajan cireng, sosis, dll dan sempol di situ sembari mengistirahatkan kaki. Oiya selain di sini, di beberapa rumah penduduk juga banyak yang jual snack dan air minum kok. Jadi nggak usah kuatir kelaparan sekalipun datang ke sini belum sarapan.
Oiya, di tembok samping bantaran kali ini juga terpampang informasi yang memuat sejarah inisiasi Kampung Wisata Jodipan. Rupanya kampung ini merupakan proyek mahasiswa yang berkolaborasi dengan perusahaan cat. Mereka menyulap kampung yang dulunya kumuh (terlebih bantaran kalinya) menjadi lebih bersih dan indah sekaligus memiliki potensi wisata.
Keren!
Puas berkeliling, aku dapat menyimpulkan bahwa Kampung Wisata Jodipan ini tidak cocok untuk anak-anak. Karena spot foto saja akan membosankan bagi mereka. Lha adikku yang kelas 5 SD rewel melulu minta cepet pulang. 😅 Kecuali kalo anak-anaknya narsis ya gak masalah. 😁
Seandainya masih ada lahan sehingga cukup untuk membangun taman bermain anak-anak tentu akan sangat menyenangkan ya. ^^
Kalo di tempatmu, ada kampung wisata seperti ini jugakah? Share ya di kolom komentar. 😙
With love,
-Hilda Ikka-
Semakin keren ya rumah warna-warni jodipan sekarang, dulu waktu saya kesana masih belum ada jembatan kacanya. :)
ReplyDeleteDengan uang tidak lebih dari 10.000, kita bisa menikmati pemandangan seperti di brazil. Keren banget. :)
ReplyDeleteBrazilnya kota malang nih. :)
ReplyDeleteAduuuh, kalau idenya orang-orang Malanag ini memang keren banget deh pokoknya.
ReplyDeleteBagus banget ya, berasa bukan kayak di Indonesia hehehe.
ReplyDeletesalut sama mahasiswa yang membuat kampung tersebut menjadi warna-warni, kreatif banget. belum pernah kesana, tapi begitu tahu jadi langsung kepengen hehehe.
ReplyDeleteCakep banget ya kampung warna-warni. Thanks mba, jadi kepikiran ingin kesana..
ReplyDeleteSemoga warnanya juga awet ya
Thn depan itu aku ke surabaya ama keluarga. Rencana memang mau singgah ke malang juga. Ntr aku masukin kampung ini ah utk foto2 :).
ReplyDeletePas jelang asian games kemarin, ada bbrp kampung deket penginapan atlet yg dicat mba, warna warni juga. Tapi sayangnya wrna yg dipilih itu wrna pastel :(. Jd ga hidup seperti kampung jodipan ini. Kalo ug di malangkan wrna warnanya cerah banget, bukan muda. Nah yg di jkt, wrna muda yg ga bikin cerah.. Jd malah cepet kotor. Skr aja udh pudar :(
Kampung warna warni ini sangat menarik. ada 2 kampung yang dipisahkan oleh sungai.
ReplyDeleteMasuk ke kampung-kampung ini dikenakan biaya. Wajar sih ga mahal cuma RP. 3000 perkampung. selain bisa masuk kita juga dapet souvenir gantungan kunci.
Kampung pertama lebih banyak didominasi rumah warna warni, kampung kedua "Kampung tridi" sangat menarik, walau rumah penduduk saling berdempetan penduduk disana ramah-ramah malah ngarahin gaya dan bantu untuk foto-foto.
Semoga kampung ini masih terjaga kebersihannya dan keramahan penduduknya.