Life is full of surprise. Meski tahun 2021 terasa amat kacau, ia tetap punya cara sendiri dalam memberi kejutan. Salah satunya, pengalaman pertama menjalani operasi. Yep, for the first time in my life aku ngerasain operasi pakai bius hampir total untuk eksisi kista ganglion di pergelangan tangan kanan. Sebagai kenang-kenangan, aku mau menceritakannya di sini. 😁
Sebelum mulai, aku mau nanya gimana kabar kalian semua di kondisi yang serba mengkhawatirkan ini? Semoga kita semua senantiasa dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa ya, huhu. Jujur aku sendiri mulai kendor bikin konten sejak habis kena Covid-19 di akhir tahun 2020. Jangankan blog, Instagram dan Youtube-ku aja terbengkalai hiksss.
Di sini ada gak yang penasaran apa itu kista ganglion? Seberapa bahayanya? Bagaimana cara menyembuhkannya?
Awal mula menemukan benjolan kista ganglion
Aku lupa kapan tepatnya, entah akhir 2019 atau awal 2020 gitu aku pijat refleksi di tempat langganan, sebut saja N. Kadang sehabis pijat tuh ada sedikit rasa nyeri atau "kemeng" dalam bahasa Jawa di beberapa bagian tubuh yang dipijat. Menurutku itu hal lumrah dan biasa hilang sendiri dalam hitungan hari.Lama-kelamaan aku menyadari nyeri di pergelangan tangan kananku kok gak hilang-hilang ya. Dasar aku enggak punya pikiran aneh, yaudah aku biarin aja. Butuh waktu lebih lama mungkin, pikirku.
Sebulan dua bulan berlalu, enggak ada perubahan. Justru aku mendapati benjolan kecil di punggung pergelangan tangan saat menekuk tangan ke dalam. Karena penasaran, aku sentuh sambil tekan-tekan gitu kan. Rasanya seperti ada tulang yang menonjol, tapi nggak sakit. Yang aku pikirkan pada saat itu, “Wah, Mbak-nya salah pijat nih kayaknya.”
Nggak merasa terganggu, aku nggak menghiraukan hal itu sampai suatu ketika aku lagi home workout dan bertumpu pada tangan (posisi kayak orang mau push up), pergelangan tangan kananku sakit pol! Sama sekali nggak bisa dipaksain buat bertumpu. Di situ aku mulai tersadar kalo ini nggak beres dan kudu diobati.
Langsung berobat nggak? Ya nggak lah, ketunda mulu gara-gara mager awokwokwk.
Awalnya bingung mau berobat ke mana, mau ke pijat alternatif kok ya sangsi karena belakangan ini aku teredukasi konten dokter spesialis orthopedi di Twitter. Kalo ke pengobatan alternatif takutnya salah treatment lalu makin parah nanti. Padahal dulu aku pernah kecelakaan dan sembuh pake pijat alternatif, tapi kok tetep enggak yakin ya. 😅
Kondisi bingung malah bikin nggak segera berobat. Puncaknya, awal tahun saat suami lagi cuti liburan Panjang kan aku semangat banget masakin dia ini-itu. Seharian ublek-ublek dapur sampe pergelangan tangan kananku nyeri dan linu luar biasa. Nggak lama kemudian telapak tangan jadi terasa kebas seperti kesemutan. Pokoknya nggak nyaman dan nggak bisa ngapa-ngapain deh tuh tangan!
Paniklah aku, langsung kasih Counterpain, koyo’, lalala lilili yang kuanggap bisa mengurangi rasa sakit. Walhasil kudu istirahat seharian tanganku, untung masakannya udah matang semua. 😂
Dari situ aku ngerasa, wah beneran ini harus segera diperiksain. Berhubung aku mikir pergelangan tanganku ini sakitnya semacam keseleo, aku berniat mengunjungi fisioterapis di RS. Lagi-lagi nggak bisa langsung berobat karena pada saat itu masih sibuk mengurus mertua yang lagi pemulihan pasca dirawat di RS akibat kena covid.
Memeriksakan benjolan kista ganglion ke dokter
Akhirnya aku mendapatkan hidayah buat segera ke RS saat beberapa hari jelang lebaran, LOL. Jadilah panas-panas sambil nahan laper itu aku jalan kaki keliling RS. Aku mendatangi RS Universitas Airlangga (selanjutnya kita sebut RSUA) karena pilihan polinya lumayan lengkap. Terlebih sebelumnya aku pernah berobat ke sini sehingga lebih familiar dengan sistem pelayanannya.Awalnya aku bingung nyari poli fisioterapi di web RSUA kok nggak ada. Rupanya itu bagian dari poli rehab medik. Dari loket pendaftaran, aku diarahkan langsung ke bagian pendaftaran poli VIP karena aku pake jalur umum alias bayar sendiri. Baru setelahnya aku menuju poli rehab medik dan dilayani oleh dokter spesialis KFR (Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi).
Setelah dicek, dokter mendiagnosis benjolan di punggung pergelangan tangan kananku ini kemungkinan kista ganglion. Waduh, KISTA?
Mendengar kata kista aja rasanya udah serem ya. Namun dokter menjelaskan bahwa ganglion tergolong kista jinak dan tidak berbahaya. Untuk mendapat hasil yang lebih pasti, aku dirujuk melakukan USG. Oke cus ke radiologi.
Ternyata eh ternyata, biaya USG-nya tidaklah murah alias 700 ribu haiyaaa. Belum biaya dokter 165 ribu tadi. Lemes, aku ngabarin Muffin (suami) buat diskusi. Meski berat, Muffin mengiyakan untuk mendukung biaya pengobatan.
Jujur di awal aku udah pesimis duluan penyakit kayak gini bakal ditanggung BPJS. Apa sih yang kalian harapkan ketika dateng ke puskesmas dengan keluhan kayak gini? Paling ya dikasih obat, terus pulang. Hadeh, aku gak mau kebanyakan minum obat.
Tapi temen-temen banyak yang mendorongku buat coba minta rujukan BPJS setelah aku membagikan cerita di IG story. Baiklah, aku ngerasa cukup pede karena udah mengantongi kartu berobat poli rehab medik dengan catatan diagnosisnya.
Kebetulan di radiologi masih bikin janji sama dokternya, yang mana baru bisa dilakukan USG pekan depan sehingga cuma daftar dan melakukan pembayaran.
Esoknya, aku mendatangi puskesmas buat minta rujukan dan alhamdulillah disetujui. Huhuhuhu lega banget. Namun kelegaan itu cuma sebentar tatkala aku membaca surat rujukan itu mengarahkanku ke poli bedah umum.
POLI BEDAH?
YA ALLAHHHHH auto gemetar, langsung mikir yang enggak-enggak. Aku takut banget dioperasi. 😭
Ternyata eh ternyata, biaya USG-nya tidaklah murah alias 700 ribu haiyaaa. Belum biaya dokter 165 ribu tadi. Lemes, aku ngabarin Muffin (suami) buat diskusi. Meski berat, Muffin mengiyakan untuk mendukung biaya pengobatan.
Loh kenapa nggak pake BPJS, Ka?
Jujur di awal aku udah pesimis duluan penyakit kayak gini bakal ditanggung BPJS. Apa sih yang kalian harapkan ketika dateng ke puskesmas dengan keluhan kayak gini? Paling ya dikasih obat, terus pulang. Hadeh, aku gak mau kebanyakan minum obat.
Tapi temen-temen banyak yang mendorongku buat coba minta rujukan BPJS setelah aku membagikan cerita di IG story. Baiklah, aku ngerasa cukup pede karena udah mengantongi kartu berobat poli rehab medik dengan catatan diagnosisnya.
Kebetulan di radiologi masih bikin janji sama dokternya, yang mana baru bisa dilakukan USG pekan depan sehingga cuma daftar dan melakukan pembayaran.
Esoknya, aku mendatangi puskesmas buat minta rujukan dan alhamdulillah disetujui. Huhuhuhu lega banget. Namun kelegaan itu cuma sebentar tatkala aku membaca surat rujukan itu mengarahkanku ke poli bedah umum.
POLI BEDAH?
YA ALLAHHHHH auto gemetar, langsung mikir yang enggak-enggak. Aku takut banget dioperasi. 😭
Esoknya lagi, aku mendatangi poli bedah RSUA lewat jalur BPJS. Kali ini diagnosisnya rada beda, kemungkinan ada otot bengkak. Untuk memastikan ya tetap kudu USG. Alhamdulillah dengan begitu biaya USG di-cover BPJS. 😆
Selanjutnya, aku USG sesuai jadwal. Hasilnya? Emang kista ganglion tapi kecil sih cuma 1 cm (atau mungkin gak sampe). Pas konsultasi ke dokter, dikasih 2 opsi: operasi atau nggak operasi. Aku kira nggak operasi itu maksudnya pake tindakan medis lain, ternyata bukan. Ya dibiarkan aja gitu, kalo nyeri tinggal diistirahatin dan dikompres air hangat gitu-gitu.
Dokter menjelaskan prosedur operasi dengan bahasa yang sederhana. Sendi pergelangan tangan ini diibaratkan dengan sebuah gelang, yang mana gelang itu sedikit robek sehingga mengeluarkan cairan. Nah, tindakan operasi ini untuk membersihkan cairan dan mengikat jaringan sendi yang robek.
Berhubung aku tuh berharap banget rasa nyeri itu bisa hilang, akhirnya aku memutuskan operasi. Langsung daftar di hari itu dan dijadwalkan 2 minggu setelahnya alias 7 Juni. Uwow, it was unbelievable for me.
Apa itu kista ganglion?
Mengutip dari Alodokter, kista ganglion adalah benjolan atau tumor jinak yang tumbuh di area sendi. Benjolan ini juga dapat tumbuh pada jaringan yang menghubungkan otot dengan tulang (tendon). Benjolan yang berisi cairan sendi ini paling sering tumbuh di tangan atau pergelangan tangan.Kista ganglion dapat muncul, menghilang, atau berubah ukuran dengan cepat. Ukuran kista akan membesar seiring dengan meningkatnya aktivitas pada sendi tersebut. Kista ganglion muncul saat cairan sendi menumpuk dan membentuk sebuah kantong pada sendi atau tendon.
Penyebab terbentuknya kista ganglion masih belum diketahui secara pasti. Kata dokter, adanya cedera bisa menjadi pemicu. Kista ganglion tidak berbahaya namun bisa mengganggu bagi sebagian orang dengan tingkat sensitivitas yang berbeda-beda.
Kista ganglion hanya bisa diobati dengan tindakan (seperti operasi atau menyedot cairan dengan alat menyerupai jarum suntik), tidak bisa dengan minum obat. Oya, meski telah diobati, kista ganglion masih berpeluang muncul kembali.
Kondisi kista ganglion di tangan kananku. Bandingkan dengan tangan kiri yang normal. Memang kecil kan, baru terlihat saat ditekuk ke dalam. |
Anyway aku sempat tanya dokter, kenapa punyaku nggak disedot aja tanpa operasi? Katanya karena ukuran kista ganglionku terlalu kecil. Buset dah, kecil segini aja aku lumayan tersiksa apalagi kalo ukurannya lebih gede? 😩
Tanggal 6 Juni pagi aku dianterin adekku ke RS Unair. Berhubung hari Sabtu, masuknya lewat IGD, rada ngeri sedap soalnya ada bilik khusus pasien suspect Covid-19. Nunggu di IGD agak lama karena ketersediaan kamar pasien kelas 1 lagi penuh, akhirnya yaudah di kelas 2 dulu aja. Ternyata kamar kelas 2 di RS Unair cukup bagus, anatr bilik space-nya luas banget. Cuma hawanya panas karena AC cuma 1 di pojokan untuk ruangan seluas itu hiks.
Oya, ada kejadian apes sewaktu aku hendak diantar perawat menuju ruang ranap (rawat inap). Kamar yang kami tuju berada di lantai 7 sementara saat itu baru saja berlangsung pemadaman bergilir sehingga semua lift tidak beroperasi. Nunggu nyala ya bisa 1-2 jam lagi hehe akhirnya kami bertiga (aku, adekku, dan perawat) naik tangga darurat ngos-ngosan pengen pingsan. 😂
Pengalaman operasi kista ganglion di RS Unair Surabaya menggunakan BPJS
Tujuh hari menjelang jadwal operasi, aku mulai nyicil serangkaian tes kesehatan yang harus dilalui sebelum operasi, seperti tes darah, rontgen, dan PCR swab. Sehari sebelum operasi aku diharuskan menginap di RS karena operasi menggunakan bius (hampir) total tentu wajib puasa 9 jam sebelum operasi.Tanggal 6 Juni pagi aku dianterin adekku ke RS Unair. Berhubung hari Sabtu, masuknya lewat IGD, rada ngeri sedap soalnya ada bilik khusus pasien suspect Covid-19. Nunggu di IGD agak lama karena ketersediaan kamar pasien kelas 1 lagi penuh, akhirnya yaudah di kelas 2 dulu aja. Ternyata kamar kelas 2 di RS Unair cukup bagus, anatr bilik space-nya luas banget. Cuma hawanya panas karena AC cuma 1 di pojokan untuk ruangan seluas itu hiks.
Oya, ada kejadian apes sewaktu aku hendak diantar perawat menuju ruang ranap (rawat inap). Kamar yang kami tuju berada di lantai 7 sementara saat itu baru saja berlangsung pemadaman bergilir sehingga semua lift tidak beroperasi. Nunggu nyala ya bisa 1-2 jam lagi hehe akhirnya kami bertiga (aku, adekku, dan perawat) naik tangga darurat ngos-ngosan pengen pingsan. 😂
Mulanya di situ aku kayak orang pindah tempat tidur, lha wong memang segar bugar. Nggak ada aura pasien sama sekali wkwk. Baru deh pas malem dipasang infus, aku kelihatan kayak pasien (lah emang pasien LOL). Btw saking gemuknya aku, perawat sampe susah nyari pembuluh darah buat ditancepin infus. :’) Sekalinya nancep, darah ngocor sampe netes ke bawah. :’)
Sebagai orang yang fobia darah, aku sih gak berani lihat. Tapi aku tau kalo darahku ngocor karena mereka sibuk ngepel lantai pake tisu sehabis masangin infusku wkwk. Terus aku kan kebelet pipis, yaudah jalan ke kamar mandi eh rada oleng kayak mau pingsan. Efek tiap habis berhadapan dengan darah nih. 😂
Jadwal operasi esok hari pukul 1 siang, tapi mundur jadi pukul 2. Terakhir makan pukul 3 dini hari dan terakhir minum pukul 10 pagi. Selepas dzuhur disuruh ganti baju khusus pasien rawat inap gitu. Sedihnya, celananya sesak banget di aku tapi nggak bisa tuker karena nggak ada ukuran lain.
*tuh kan makanya dieeeet* *ngomelin diri sendiri*
Pas pukul 2 siang kok gak ada tanda-tanda mau operasi, eh bener aja molor… sampe malem. :’) Ngenes pas denger adzan maghrib, orang normal puasa mah udah waktunya berbuka tapi aku enggak bisa, huweeeeeee.
Sebagai orang yang fobia darah, aku sih gak berani lihat. Tapi aku tau kalo darahku ngocor karena mereka sibuk ngepel lantai pake tisu sehabis masangin infusku wkwk. Terus aku kan kebelet pipis, yaudah jalan ke kamar mandi eh rada oleng kayak mau pingsan. Efek tiap habis berhadapan dengan darah nih. 😂
Jadwal operasi esok hari pukul 1 siang, tapi mundur jadi pukul 2. Terakhir makan pukul 3 dini hari dan terakhir minum pukul 10 pagi. Selepas dzuhur disuruh ganti baju khusus pasien rawat inap gitu. Sedihnya, celananya sesak banget di aku tapi nggak bisa tuker karena nggak ada ukuran lain.
*tuh kan makanya dieeeet* *ngomelin diri sendiri*
Pas pukul 2 siang kok gak ada tanda-tanda mau operasi, eh bener aja molor… sampe malem. :’) Ngenes pas denger adzan maghrib, orang normal puasa mah udah waktunya berbuka tapi aku enggak bisa, huweeeeeee.
Syukurlah sekitar pukul 6 dijemput perawat dan dokter, dibawa ke ruang operasi. Awalnya transit di recovery room (ruang pemulihan) buat ganti baju khusus tindakan operasi. Untung kali ini bajunya loss gak pake celana. Kemudian nunggu di situ sampe kira-kira pukul setengah 8 beneran masuk ruang operasi.
Pas masuk tuh aku ngerasa gugup banget, terlebih hawanya dingin kan. Namun aku ngerasa cukup tenang juga karena beberapa minggu sebelumnya namatin drakor Hospital Playlist buat pemanasan. 😂
Sambil bersiap, dokter anestesi ngajak ngobrol. Pelan-pelan dimasukin deh obat biusnya melalui infus. Orangnya bilang, “Tahan ya Bu, ini memang sedikit sakit.”
Taunya eh SAKIT POL sampe gak bisa berkata-kata. Aku pun merem-merem sambil nahan sakit, eh tau-tau udah mimpi lagi main di wahana perosotan waterpark LOLLLLL. Gak habis pikir kenapa mimpiin itu 😂 mana wahananya yang muter-muter dengan sensasi terguncang dan nabrak sana-sini wkwk.
Pas ngerasain sensasi di mimpi itu, kayaknya efek bius sedang menghilang perlahan. Sepertinya, aku ngerasa tubuhku berguncang sewaktu dipindah dari meja operasi ke bed emergency. Soalnya nggak lama setelah itu aku bisa denger suara obrolan orang sekitar secara samar-samar.
Kemudian aku baru menyadari kalau mataku basah, kayak habis nangis. Terus denger susternya bilang, “Sakit ya?” dan selebihnya kurang jelas, intinya dia kayak lagi puk-pukin aku yang nangis.
LOL WHYYYYY aku sendiri gatau kenapa aku nangis. Emang nangisin apa sih wong asyik mimpi main di waterpark. :’))
Mana aku pake batuk-batuk pula mirip kayak orang kemasukan air di kolam renang, duh why.
Ditanya lagi ama suster, “Rasanya kayak lagi mimpi ya?” yang anehnya kenapa aku malah ngerespon sih. 😩😭😭
Anehnya lagi, aku malah nyahut, “Iya, lagi mimpi naik roller coaster.”
HEH itu wahana waterpark napa jadi roller coaster dah, jauh banget. Nggak berhenti sampe di situ, karena masih ada sisa efek bius, cara ngomongku rada gagu dong. Jadi yang ketangkep kuping susternya malah “naik stroller”.
ALLAHUMMA, LELAH AKUTU.
Mana habis itu dia obrolin ke dokter jaga/perawat yang ada di situ.
“Iya, pasien bilangnya mimpi naik stroller. Itu loh, stroller bayi.”
MONANGES.
Pas masuk tuh aku ngerasa gugup banget, terlebih hawanya dingin kan. Namun aku ngerasa cukup tenang juga karena beberapa minggu sebelumnya namatin drakor Hospital Playlist buat pemanasan. 😂
Sambil bersiap, dokter anestesi ngajak ngobrol. Pelan-pelan dimasukin deh obat biusnya melalui infus. Orangnya bilang, “Tahan ya Bu, ini memang sedikit sakit.”
Taunya eh SAKIT POL sampe gak bisa berkata-kata. Aku pun merem-merem sambil nahan sakit, eh tau-tau udah mimpi lagi main di wahana perosotan waterpark LOLLLLL. Gak habis pikir kenapa mimpiin itu 😂 mana wahananya yang muter-muter dengan sensasi terguncang dan nabrak sana-sini wkwk.
Pas ngerasain sensasi di mimpi itu, kayaknya efek bius sedang menghilang perlahan. Sepertinya, aku ngerasa tubuhku berguncang sewaktu dipindah dari meja operasi ke bed emergency. Soalnya nggak lama setelah itu aku bisa denger suara obrolan orang sekitar secara samar-samar.
Kemudian aku baru menyadari kalau mataku basah, kayak habis nangis. Terus denger susternya bilang, “Sakit ya?” dan selebihnya kurang jelas, intinya dia kayak lagi puk-pukin aku yang nangis.
LOL WHYYYYY aku sendiri gatau kenapa aku nangis. Emang nangisin apa sih wong asyik mimpi main di waterpark. :’))
Mana aku pake batuk-batuk pula mirip kayak orang kemasukan air di kolam renang, duh why.
Ditanya lagi ama suster, “Rasanya kayak lagi mimpi ya?” yang anehnya kenapa aku malah ngerespon sih. 😩😭😭
Anehnya lagi, aku malah nyahut, “Iya, lagi mimpi naik roller coaster.”
HEH itu wahana waterpark napa jadi roller coaster dah, jauh banget. Nggak berhenti sampe di situ, karena masih ada sisa efek bius, cara ngomongku rada gagu dong. Jadi yang ketangkep kuping susternya malah “naik stroller”.
ALLAHUMMA, LELAH AKUTU.
Mana habis itu dia obrolin ke dokter jaga/perawat yang ada di situ.
“Iya, pasien bilangnya mimpi naik stroller. Itu loh, stroller bayi.”
MONANGES.
Duh, ada-ada saja.
Ealah begini ya rasanya dibius. Waktu nggak kerasa berjalan cepet banget. Padahal aku ngerasanya mimpi cuma bentar, tau-tau udah pukul setengah 10 aku keluar dari ruang operasi. Mana perut keroncongan, tapi gak berani bilang karena pasien sebelah ngeluh laper malah dibales dokternya gini, “Ya sama Bu, saya juga laper.”
Iya paham kok kalo profesi nakes saat ini kan kerjanya overtime gitu. Bahkan jadwal operasiku molor 5 jam lebih karena mereka mendahulukan pasien Covid-19 yang butuh tindakan operasi. Makanya mau ngeluh jadi sungkan. :’
Sekitar jam setengah 11 aku dibalikin ke kamar. Perawatnya menganjurkan aku untuk pelan-pelan minum 1-2 jam setelah sadar. Makan pun nggak bisa langsung yang berat, alias pake cemilan. Pas perawatnya pergi aku langsung minum air putih seteguk dan gak papa. Terus aku minta tolong adekku buat beliin martabak soalnya lagi pengen.
Saking lapernya, akhirnya aku gak kuat dong. Ada jatah katering RS hari itu yang belum kesentuh sama sekali karena aku lagi puasa kan. Walhasil langsung aku sikat deh lauknya. Eh bener aja saat aku mulai rakus, kerasa agak mual. Yaudah langsung berhenti makan dan lanjut merem. Bangun-bangun udah ada martabak di meja samping. Alhamdulillah.
Paginya, aku udah bener-bener ngerasa enakan. Efek bius sudah hilang total. Dokter residen yang menanganiku pun datang berkunjung. Beliau menjelaskan operasi berjalan lancar namun… ternyata kista ganglionnya sudah pecah. :’) Walhasil tindakan operasi berujung membersihkan sisa cairannya saja. Mereka kesulitan mengikat sendi yang robek akibat pecahnya kista membuat anatomi di area tersebut kurang jelas. Jadinya mereka mengikat semampunya dan besar kemungkinan di masa depan akan kambuh kembali.
Asli deh detik itu juga aku ngerasa lemesssss…
Dalam hati merutuki diri sendiri yang suka mencet-mencet benjolannya (sebelum tahu kalau itu ganglion) huhuhu. Seandainya bisa memutar waktu, aku mungkin pilih nggak dioperasi hiksss.
Sebenernya aku pilih operasi karena menganggap ini salah satu ikhtiar. Kalo nggak dioperasi kan ya nggak bakal tahu. Tapi kalo tahu hasilnya begini kok ya ngerasa sia-sia. Ngerasa bersalah juga ngejalanin ini pake BPJS, rasanya kayak nggak sepadan sama hasilnya.
Berhubung kista ganglion gak ada obatnya, jadi nanti kalo kambuh ya sudah dibiarkan saja. Berharap bisa hilang sendiri atau tunggu sampe membesar supaya bisa disedot pake suntikan. Yang bikin sedih, selamanya gak bakal bisa olah raga pake posisi bertumpu pada pergelangan tangan. :(
Aku beli ikan gabus di tengah-tengah perjalanan pulang dari RS karena searah. Sebenernya aku iseng mampir ke lapak penjual ikan karena aku paham kalo ikan gabus bukan jenis ikan yang tersedia setiap saat. Lha kok alhamdulillah rezekiku hari itu dapet ikan gabus 1 kg. Bahkan sama ibu penjualnya aku dianjurin menelan empedu ikan gabus bulat-bulat. Katanya itu berkhasiat tinggi dalam proses penyembuhan luka.
Loh, empedu bukannya pahit?
Kan tinggal ditelan, jadi nggak kerasa pahit. Lagian yang dipake cuma empedu yang belum pecah. Dari 5-7 ekor ikan itu cuma dapet 2 empedu utuh. Kalo boleh jujur nih, aku mending disuruh nelen empedu ikan gabus dibanding makan ikan gabusnya wkwkwk.
Pasca operasi, aku nggak berani gerakin tangan kananku terlalu sering bahkan hampir nggak gerakin sama sekali. Walhasil tanganku bengkak sampai pas kontrol dokternya pun kaget. Aku diminta untuk pelan-pelan gerakin karena sebenernya nggak apa-apa bergerak seperlunya.
Kondisi luka operasiku pun terbilang baik dan kering lumayan cepat. Seminggu kemudian aku sudah lepas jahitan meski lukanya masih 80% menutup namun kondisinya sudah cukup kering.
Ealah begini ya rasanya dibius. Waktu nggak kerasa berjalan cepet banget. Padahal aku ngerasanya mimpi cuma bentar, tau-tau udah pukul setengah 10 aku keluar dari ruang operasi. Mana perut keroncongan, tapi gak berani bilang karena pasien sebelah ngeluh laper malah dibales dokternya gini, “Ya sama Bu, saya juga laper.”
Iya paham kok kalo profesi nakes saat ini kan kerjanya overtime gitu. Bahkan jadwal operasiku molor 5 jam lebih karena mereka mendahulukan pasien Covid-19 yang butuh tindakan operasi. Makanya mau ngeluh jadi sungkan. :’
Sekitar jam setengah 11 aku dibalikin ke kamar. Perawatnya menganjurkan aku untuk pelan-pelan minum 1-2 jam setelah sadar. Makan pun nggak bisa langsung yang berat, alias pake cemilan. Pas perawatnya pergi aku langsung minum air putih seteguk dan gak papa. Terus aku minta tolong adekku buat beliin martabak soalnya lagi pengen.
Saking lapernya, akhirnya aku gak kuat dong. Ada jatah katering RS hari itu yang belum kesentuh sama sekali karena aku lagi puasa kan. Walhasil langsung aku sikat deh lauknya. Eh bener aja saat aku mulai rakus, kerasa agak mual. Yaudah langsung berhenti makan dan lanjut merem. Bangun-bangun udah ada martabak di meja samping. Alhamdulillah.
Paginya, aku udah bener-bener ngerasa enakan. Efek bius sudah hilang total. Dokter residen yang menanganiku pun datang berkunjung. Beliau menjelaskan operasi berjalan lancar namun… ternyata kista ganglionnya sudah pecah. :’) Walhasil tindakan operasi berujung membersihkan sisa cairannya saja. Mereka kesulitan mengikat sendi yang robek akibat pecahnya kista membuat anatomi di area tersebut kurang jelas. Jadinya mereka mengikat semampunya dan besar kemungkinan di masa depan akan kambuh kembali.
Asli deh detik itu juga aku ngerasa lemesssss…
Dalam hati merutuki diri sendiri yang suka mencet-mencet benjolannya (sebelum tahu kalau itu ganglion) huhuhu. Seandainya bisa memutar waktu, aku mungkin pilih nggak dioperasi hiksss.
Sebenernya aku pilih operasi karena menganggap ini salah satu ikhtiar. Kalo nggak dioperasi kan ya nggak bakal tahu. Tapi kalo tahu hasilnya begini kok ya ngerasa sia-sia. Ngerasa bersalah juga ngejalanin ini pake BPJS, rasanya kayak nggak sepadan sama hasilnya.
Berhubung kista ganglion gak ada obatnya, jadi nanti kalo kambuh ya sudah dibiarkan saja. Berharap bisa hilang sendiri atau tunggu sampe membesar supaya bisa disedot pake suntikan. Yang bikin sedih, selamanya gak bakal bisa olah raga pake posisi bertumpu pada pergelangan tangan. :(
Kondisi pasca operasi kista ganglion di pergelangan tangan
Pagi itu aku langsung dibolehin pulang dan kembali 3 hari kemudian untuk kontrol. Luka bekas operasiku kecil sih, panjangnya sekitar 2 cm dengan 4 jahitan. Sesuai anjuran dokter, aku banyak mengonsumsi makanan tinggi protein seperti ikan gabus dan putih telur ayam kampung.Aku beli ikan gabus di tengah-tengah perjalanan pulang dari RS karena searah. Sebenernya aku iseng mampir ke lapak penjual ikan karena aku paham kalo ikan gabus bukan jenis ikan yang tersedia setiap saat. Lha kok alhamdulillah rezekiku hari itu dapet ikan gabus 1 kg. Bahkan sama ibu penjualnya aku dianjurin menelan empedu ikan gabus bulat-bulat. Katanya itu berkhasiat tinggi dalam proses penyembuhan luka.
Loh, empedu bukannya pahit?
Kan tinggal ditelan, jadi nggak kerasa pahit. Lagian yang dipake cuma empedu yang belum pecah. Dari 5-7 ekor ikan itu cuma dapet 2 empedu utuh. Kalo boleh jujur nih, aku mending disuruh nelen empedu ikan gabus dibanding makan ikan gabusnya wkwkwk.
Pasca operasi, aku nggak berani gerakin tangan kananku terlalu sering bahkan hampir nggak gerakin sama sekali. Walhasil tanganku bengkak sampai pas kontrol dokternya pun kaget. Aku diminta untuk pelan-pelan gerakin karena sebenernya nggak apa-apa bergerak seperlunya.
Kondisi luka operasiku pun terbilang baik dan kering lumayan cepat. Seminggu kemudian aku sudah lepas jahitan meski lukanya masih 80% menutup namun kondisinya sudah cukup kering.
Aku kira usai lepas jahitan dalam waktu dekat tanganku dapat beraktivitas kembali layaknya dulu. Ternyata tidak secepat itu, soalnya ini udah hampir sebulan pasca operasi di area luka bekas operasi masih terasa nyeri. Aku belum bisa menggenggam barang kuat-kuat. Bahkan untuk ngetik draft ini aku menyelesaikannya berhari-hari karena belum bisa ngetik lama. Ngedit video di laptop pun cuma kuat beberapa menit. Hhh aku masih disuruh rehat lebih lama rupanya.
Keinginanku sih di masa depan aku nggak mau ngoyo beraktivitas menggunakan pergelangan tangan kanan. Biarlah bikin sambel pake blender, gak usah sok idealis nguleg pake tangan. Lalu apa lagi ya… wkwk. Susah sih kalo perempuan yang terbiasa ngerjain tugas domestik disuruh ngurangin aktivitas yang seringnya ya pake gerakan pergelangan tangan. 😅
Ya sudah, doakan saja ya semoga kondisi pergelangan tanganku akan selalu baik-baik saja. Pun kalo memang takdirnya kambuh, semoga aku dapat ikhlas menerima. Untuk teman-teman, semoga tidak terlalu memforsir pergerakan sendi tangan kita ya. Apalagi di era serba digital ini, jempolnya jangan lupa istirahat. 😀
Terakhir, kalau kalian menemukan benjolan yang tidak wajar, jangan ragu untuk segera memeriksakan ke dokter ya! Jangan keseringan dipencet apalagi dibawa ke tukang urut, oke?
Keinginanku sih di masa depan aku nggak mau ngoyo beraktivitas menggunakan pergelangan tangan kanan. Biarlah bikin sambel pake blender, gak usah sok idealis nguleg pake tangan. Lalu apa lagi ya… wkwk. Susah sih kalo perempuan yang terbiasa ngerjain tugas domestik disuruh ngurangin aktivitas yang seringnya ya pake gerakan pergelangan tangan. 😅
Ya sudah, doakan saja ya semoga kondisi pergelangan tanganku akan selalu baik-baik saja. Pun kalo memang takdirnya kambuh, semoga aku dapat ikhlas menerima. Untuk teman-teman, semoga tidak terlalu memforsir pergerakan sendi tangan kita ya. Apalagi di era serba digital ini, jempolnya jangan lupa istirahat. 😀
Terakhir, kalau kalian menemukan benjolan yang tidak wajar, jangan ragu untuk segera memeriksakan ke dokter ya! Jangan keseringan dipencet apalagi dibawa ke tukang urut, oke?
**UPDATE
Alhamdulillah 3 bulan pasca operasi kondisi pergelangan tanganku sudah jauh membaik. Mulanya sebulan setelah operasi memang terasa masih sakit dan mengganjal. Untuk bekas luka operasi aku olesin Mederma supaya enggak terlalu mencolok 'jejak'nya.
Bener, sekarang pergelangan tanganku enggak lagi sakit saat ditekuk. Namun efek sampingnya ya area yang dioperasi itu jadi lebih sensitif kalau kita banyak melakukan aktivitas secara intens, misal masak dan bebersih rumah. Jadi tetep berhati-hati dan istirahatkan tangan sejenak. ^^
Much love,
-Hilda Ikka-
Ngeri banget, ya pas denger kata operasi apalagi awalnya tidak pernah bayangin bisa sampai separah itu. Syok pastinya.
ReplyDeleteSuka begitu, kalau sakit hal pertama yang dilakukan adalah pergi ke pengobatan alternatif, padahal tidak pasti. Jadi, takut. Stay safe and healthy.
ReplyDeleteKalau memang sakit nih patutnya konsultasi ke dokter langsung yang pasti, tetapi memang udah terbiasa ke pengobatan alternatif dulu, xixi.
ReplyDeletekocak banget ceritanya mau operasi, wkwk. Tapi, ini teguran buat kita agar selalu hati-hati dan menjaga kesehatan apalagi di tangan.
ReplyDeleteKista di pergelangan tangan, syok banget apalagi denger harus di operasi. Jaga kesehatan.
ReplyDeletecepet sembuh ya mbaaa, semoga bisa beraktivitas lagi dengan lancar
ReplyDeletesemoga cepet sembuh yaaa
ReplyDeleteKaget ternyata kecil gitu harus dioperasi ya, ka. Moga lekas sembuh dan ga kambuh lagi ya.
ReplyDeleteAku jadi inget pas dulu operasi amandel juga abis dibius trus dibawa ke ruangan kamar setelah operasi, eh ngigonya rada ngaco. Wkwk. Sampe mas sepupu ngledekin katanya nanti udah bisa makan es krim sama makan pedes lagi.
Mba doakan aku inshallah mau operasi ganglion juga minggu depan, dan yaaaaa setelah baca blog ini aku agak sedikit menyesal suka mijit2 daerah yg benjol😭😭😭💯😭💯 karna kupikir agak enakan kalau sudah dipijit😭
ReplyDeleteHai kak, besok sy juga akan ope ganglion di kaki, dan suka pencet" benjolannya sebelum tau itu ganglion 😌 boleh tau gimana skrg keadaanya ka, Waktu di ope apakah kistanya juga sudah pecah seperti ka khilda ??
DeleteDitanganku juga lagi ada benjeloan bulat agak keras kaya tulang gitu, tapi dipergelangan tangan bawah, baru mau periksa hari ini karena udah ngerasa ngehambat aktivitas.
ReplyDeleteSemoga hasilnya baik, doain ya ka:)
Ya Allah ngakak dong aku, kenapa jadi naik stroller bayiii cobak T_T
ReplyDeleteSyafakillah Ikka, semoga Allah angkat penyakit simudahkab recovery-nya aamiin.
Soal pergelangan tangan, pantes aja sejak aku rutin yoga sm golf yg banyak mebggunakan pergelangan. Aku diingetin mertua untk menjaga baik-baik pergelangan. Kapan itu pas yoga selpat ngilu karena salah tumpuan, harusnya tumpuan disebar ke semua tangan aku cumab pakai pergelangan alhasil rehat seminggu enggak olahraga dulu.
Allahu Akbar, nikmat sehat dari Allah ini benar tidak tergantikan. Makasih insight-nya
aku juga ada ganglion tapi aga lebih gede, mau OP tapi takut, terimakasih atas cerita pengalamannya... jadinya au siap ke dokter untuk periksa, sangat menyesal akaren aku suka pencetin karena geli gemesh aja gitu ada benjolan
ReplyDeleteMalem-malem overthinking besok mau periksa dulu ke puskesmas sekalian biar dirujuk ke rs. Sama banget mbak, aku juga dipergelangan tangan kanan. Sekarang tangan sering nyeri banget, rada bingug sebenarnya sama alur buat berobat pakai BJPS. Seumur" bikin, baru besok ini mau coba pakai. Selain karena biaya operasi nya yg lumayan, dan selama ini juga bayar bulanan. Doakan aku lancar ya mbakkk, otw subscribe YouTube nya mbk nih. Btw aku orang sidoarjo
ReplyDeleteHallo kak.. gimana kabar update terakhir nya sekarang? apakah sudah kembali normal untuk dibuat aktivitas apapun pergelangan tangannya?
ReplyDeletekarena saya juga kena ganglion, tapi masih blum sakit apa2..
Lagi dilema mau periksa atau ndak. Krena klo smpe operasi mikirin anak ditinggal huhu mana tangan kanan pula lagi. Baca cerita mbanya sambil ketawa2 sih, tapi langsung ngilu liat bekas luka itu huhu smoga ndak srg2 ngilu ini kista, krena blum kuat lagi ketemu meja operasi dan masa pemulihan
ReplyDeleteAku juga sekrng lagi ngerasain kak. Udh sebulan awalnya ak kira bengkak biasa krna udh biasa tngan kanan ku bengkak dan aku biarin aja awal nya kecil dan ga sakit tapi sekarang bner bner ngeganggu bgt kak jempol ku sakit kalau di gerakin dikit aja. Kalau kakak kan di punggung tangan kanan kalay aku di bawah nya kak. Coba buat periksain ke puskesmas terus kata doketr puskesmas ini kista ganglion bhkan bukan 1/2 dokter puskes yang bilang bhkan smpe 4 dokter yang meyakinkan bhwa ini kista jadi aku disuruh coba periksain lagi ke dokter bedah dan tanya gimana baiknya.. doain aku ya temen temen dan kakak kakak smoga cpet smbuh soalnya ini udh menganggu bgt dan udh rada besar dari yg awal.tumbuh
ReplyDeleteSaya juga sama dengan ka hilda, hari ini baru 20 hari pasca operasi ganglion dipergelangan tngn kanan bawah ibu jari, sampai kebas dan kesemutan seperti tersengat listrik dr pangkal ibu jari sampai ujung rasanya menyiksa gak bs ngapa²in, konsul ke dokter yg membedah katanya efek diperban keteken, lah kok sampai 20 hari, semoga hilang dengan sendirinya.
ReplyDelete