Tentang Culture Shock

Thursday, August 13, 2015

Tentang Culture Shock

So melalui postingan ini, aku bermaksud mendeklarasikan bahwa aku telah resmi menjadi anak rumahan.

YEAH THAT SOUNDS NOT GOOD.

Aku sudah bukan anak kos lagi. Aku nggak di Surabaya lagi. huhuhuhuhu. *pukpuk Kebebasanku telah direnggut. T_____T *lebay

Usai lebaran Ibuku sudah mengetok palu hukum untukku agar segera boyong (keluar) dari kos sebelum jatuh tempo pembayaran kos di awal bulan Agustus. Toh kata beliau sudah tidak ada tanggungan akademik lagi. Urusan pemberkasan dan administrasi bisa dilakukan PP Surabaya – Gresik. Kalau pun harus menginap, bisa numpang tidur di rumah temen. Hiks. Okelaaah.

Di rumah, tentu saja aku tidak bisa melakukan hal-hal yang biasa kulakukan di kos. Oleh sebab itulah semenjak di rumah aku mengalami culture shock. Apa itu culture shock?

Kutai 38 Surabaya, Hunian Istimewa di Pusat Kota

Tuesday, August 11, 2015

Kutai 38 Surabaya, Hunian Istimewa di Pusat Kota

Hola Chocoreaders! Setelah absen sekian minggu, akhirnya Selasa ini bisa post tentang Surabaya lagi hehe. *emang minta ditoyor nih bloggernya xD Well, kali ini aku nggak ngepost tentang wisata ataupun event tertentu. Melainkan review sebuah kost eksklusif di kawasan tengah kota Surabaya.

Ngomongin soal tempat tinggal, kita semua pasti lah yaw menomorsatukan kenyamanan, entah hunian tetap maupun sementara. Secara tempat tinggal adalah tempat untuk mengistirahatkan diri dari segala penat aktivitas sehari-hari. Kalau tempatnya nggak nyaman, yang ada malah nambahin penat dong? :D

Dan kenyamanan tiap orang tentu berbeda-beda. Ada yang suka bertempat tinggal di hunian berpenghuni ramai, mungkin karena suasananya lebih hidup atau karena baginya tempat tinggal yang sunyi terlalu menyeramkan. Ada juga yang suka menetap di hunian yang sepi alias penghuninya tidak berisik karena menyenangkan baginya tinggal secara privat tanpa ada gangguan.

Nah, kos Kutai 38 Surabaya ini cocok buat orang-orang yang memiliki selera terakhir tadi.

Hare Gene Ke Mane Aje

Monday, August 10, 2015

Hare Gene Ke Mane Aje

*btw itu judulnya sekilas gak kayak bahasa planet lain kan? xD

Chocoreaders, kalau kamu jeli sama blogku beberapa waktu lalu pasti nyadar dong kalo aku sempet hiatus selama hampir dua minggu. Sebelum aku posting review Pameran Produk Indonesia itu loooh. Kalo nggak nyadar yaudah, cuma mau ngasih tau kok. :’D Ya ampyun sumpeeeeh, itu rekor hiatus terlama semenjak daku rajin ngeblog! Rasanya sedih bingit belom bisa jadi blogger disiplin. Pedih hati ini, buk. *pegangin dada*

Selama hiatus itu aku sempet kepikiran sih. Seberapa banyak ya sarang laba-labanya? Jangan-jangan ada gelandangan tidur di depannya, lagi. Atau pas ada blogger yang lagi blogwalking ke Cokelat Gosong dan tau belum diupdate, spontan nyanyiin lagunya Rihanna,”Where…have you been…oouwo aiyaaa aiyaaa aiyaa..”

Ngaco.

Jadi gini deh aku ceritain asal mula terjadinya hiatus kali ini karena sedikit ‘istimewa’. :)

Pameran Produk Indonesia 2015, Ajang Apresiasi Karya Anak Bangsa

Sunday, August 9, 2015

Pameran Produk Indonesia 2015, Ajang Apresiasi Karya Anak Bangsa

Apa sih yang terlintas dibenakmu tatkala mendengar adanya Pameran Produk Indonesia?

“Ah paling ya gitu-gitu aja.”
“Bosenin.”
“Palingan ya isinya batik-batik doang. Yang dateng juga cuma pejabat dan orang dinas. Harganya mahal pula.”

Dan ciyusss, yang terakhir itu selalu muncul di pikiranku setiap kali tau ada event pameran produk Indonesia whatever lah. Duh duh, judgmental banget ya buk!

Nah untungnya ya—diulangi lagi, untungnya—‘secara tidak sengaja’ aku menghadiri Pameran Produk Indonesia 2015 (yang selanjutnya aku singkat PPI 2015) ini yang berlokasi di Grand City Mall & Exhibition Convex Surabaya. Weleh, kok judulnya nggak sengaja? Iyess, niatannya emang pengen banget ketemu blogger nusantara yang turut hadir memeriahkan acara ini. Kapan lagi bisa ketemu blogger kondang (ato kondangan? xD) macam Mbak Anazkia kalau bukan karena PPI 2015.

Lhadalah nggak taunya, di PPI 2015 ini stereotipku tentang Pameran Produk Indonesia sepenuhnya berubah.

Lembah Rolak – Ketintang Barat

Tuesday, July 28, 2015

Lembah Rolak – Ketintang Barat

Salah satu masakan favoritku adalah ikan bakar. Masa kejayaanku menikmati kuliner satu ini ya sewaktu SMA, karena salah seorang temanku ada yang merupakan putri juragan bandeng. Jadi kalo dia lagi dijenguk keluarganya, sering deh ngebawain olahan bandeng buat temen-temen mulai dari bandeng crispy, otak-otak bandeng, sampe bandeng bakar. YOIKI wes yang jadi bahan rebutan favorit nomer satu. Wenaaak.

Sejak lulus SMA udah gak pernah nyantap ikan bakar (secara gratis) lagi. Sampai suatu hari aku sama Muffin lagi random cari tempat makan siang. Kebetulan posisi kita waktu itu ada di daerah Ketintang dan sedang panas-panasnya pula. Aku—yang selalu bingung menentukan pilihan—sedikit terpancing saat melihat baliho nama resto Lembah Rolak. Apalagi Muffin bilang di situ menu andalannya ikan bakar. Bbeuh, siang-siang gini emang enak kali ya makan ikan bakar. Yaudalah aku minta ngetem di situ.

Pas masuk, suasana gerahnya Surabaya masih ikut kebawa. Tempat duduk terdekat dari pintu masuk terdiri atas meja kursi. Namun aku dan Muffin lebih tertarik untuk lesehan, yah biar sambil leyeh-leyeh gitu. Kejutannya, tempat makan Lembah Rolak ini bersisian tepat dengan Sungai Rolak yang memungkinkan angin semilir menerpa mesra. Ahiiiiy.

Dari Manakah Blogger Mendapatkan Uang?

Sunday, July 26, 2015

Dari Manakah Blogger Mendapatkan Uang?

Aku jadi teringat pada suatu masa ketika masih kelas dua SMA. Waktu itu tugas semester untuk pelajaran TIK (Teknologi & Informatika) adalah membuat blog. Jelas aku kegirangan karena blog ini sudah kubuat sejak SMP (baca selengkapnya di 'about me'). Berasa udah nyolong start gitu. :D

Sementara itu temen-temenku nanya, "Emang blog itu buat apaan sih?" Dengan mantap aku ngejawab ya buat curhat kayak buku diary ato buat pamer macem-macem *halah sesat iki xD* Eh lhakok guru TIK-ku bilang, "Ya bisa menghasilkan uang juga."

HAH! UANG DARI MANA?!

Keutamaan Mempelajari Bahasa Arab

Friday, July 17, 2015

Keutamaan Mempelajari Bahasa Arab

Apa sih manfaat mempelajari bahasa Arab? Pernah gak sih kamu bertanya-tanya seperti itu? Alah palingan juga gak pernah, yang penting fasih bahasa Inggris aja udah gahol, ya kaaaaan. *suudzon banget sik x))

Ya begitulah realitanya dalam kehidupan kita sebagai masyarakat Indonesia. Padahal kita (khususon umat muslim) tahu sendiri kan kalau bahasa Arab udah menjadi bagian dari ubudiyah. Kalimat syahadat, shalat, bacaan Al Qur'an, dan lain sebagainya. Tapi kenapa ya kok untuk belajar bahasa Arab rasanya beraaaats banget kayak nenteng gajah dalam kantong belanjaan? Apa karena lesnya mahal? Ah enggak, di Surabaya ada loh 250rb per semester untuk 2x pertemuan dalam seminggu. Sedangkan untuk les bahasa asing lainnya yang seharga berjeti-jeti (macam *n****h *i*st) dibelain. Nah lho miris kan. :|

Jujur sih, dulunya aku juga nggak ada keinginan muluk tuh buat yang namanya belajar bahasa Arab. Saking aja ya sejak dini aku disekolahin di madrasah melulu, jadi mau gak mau ya bersentuhan dong ama Arabiah.

Kenapa kok bisa nggak ada keinginan? Yakali emang gak tau kan keuntungannya apa. Kalo bahasa asing lainnya kan jelas buat prospek masa depan yang lebih cerah ato bisa jadi sekadar naikin gengsi. Kalo bahasa Arab?