Menurutku, di balik kemandirian seorang anak ada orang tua yang perang batin dengan ‘rasa tega’. Pengen melatih anak belajar mandiri, eh sedikit terselip perasaan nggak tega. Kalo nggak tega mulu, kapan anak belajar mandirinya? Gitu terus sampe Dufan pindah ke Kalimantan.
Sejujurnya, aku enggak terlalu suka anak kecil. Bukan benci ya, emang nggak demen aja. Semacam kurang naluri keibuan, LOL. Walau begitu, terkadang aku masih ngerasa excited kok tiap ketemu bayi atau balita lucu menurut preferensiku, hihihi.
Mungkin alasanku enggak begitu tertarik dengan anak kecil karena enggak bisa ngobrol/nyambung dengan mereka. Alias sering awkward atau canggung kalau harus berkomunikasi dengan mereka. Enggak ngerti mau ngomongin apa.
Mungkin alasanku enggak begitu tertarik dengan anak kecil karena enggak bisa ngobrol/nyambung dengan mereka. Alias sering awkward atau canggung kalau harus berkomunikasi dengan mereka. Enggak ngerti mau ngomongin apa.
Aku merupakan anak sulung dari 3 bersaudara; dua perempuan dan satu laki-laki. Usiaku dengan adik-adik terpaut cukup jauh; 7 tahun dengan adik laki-laki dan 12 tahun dengan adik perempuan. Maklum, mulanya orang tuaku ingin punya 2 anak saja. Eh di luar rencana, Allah hadirkan adik perempuanku (kita panggil saja Fara) saat aku duduk di bangku kelas 6 SD.
Lulus dari SD, aku bersekolah asrama dari SMP hingga SMA. Lulus SMA, aku melanjutkan studi di luar kota. Otomatis aku nggak banyak menghabiskan waktu bersama adik perempuanku kala ia masih kanak-kanak. Namun ternyata hal itu nggak membuatnya ‘jauh’ dariku. Kami berdua cukup dekat, mungkin karena sama-sama anak perempuan jadi lebih nyambung satu sama lain.
Lulus dari SD, aku bersekolah asrama dari SMP hingga SMA. Lulus SMA, aku melanjutkan studi di luar kota. Otomatis aku nggak banyak menghabiskan waktu bersama adik perempuanku kala ia masih kanak-kanak. Namun ternyata hal itu nggak membuatnya ‘jauh’ dariku. Kami berdua cukup dekat, mungkin karena sama-sama anak perempuan jadi lebih nyambung satu sama lain.
Halo! Gak kerasa ya kita hampir sampai di penghujung tahun 2022. Bentar lagi Desember yang artinya??? Yak, libur sekolah anak aka high season alias bakalan rame tuh segala penjuru destinasi wisata se-Indonesia!
Siapa di sini yang udah puyeng duluan ngebayangin euforia liburan? Sebagai orang dewasa mageran, rasanya udah paling bener pas liburan ngetem di rumah aja. Etapi buat yang punya anak, kadang suka mati gaya gak sih mau ngapain aja kalo di rumah? Khususnya buat ortu yang pengen no gadget-gadget club.
Sebagai anak generasi millenial atau generasi 90-an, masa kecilku akrab sekali dengan berbagai serial kartun di televisi. Buat yang segenerasi denganku, pasti enggak asing dengan serial kartun yang tayang setiap hari Minggu seperti Dragon Ball, Detektif Conan, Doraemon, hingga Crayon Shinchan.
Nah, belakangan ini aku iseng nonton ulang serial kartun Crayon Shinchan. Buatku, Crayon Shinchan tuh salah satu kartun Jepang yang memorable karena gaya humornya yang unik. Selain itu, dulu sewaktu kecil aku beberapa kali baca komiknya selalu sukses dibikin ngakak guling-guling. 😆
Pernah dengar cerita soal orang tua yang bakar merchandise kpop milik anaknya? Kisah ini sempat jadi perbincangan hangat beberapa waktu lalu di Twitter. Bermula dari konten video pengguna TikTok (yang aku curigai merupakan ibu si anak), video tersebut menampilkan reaksi anak perempuan remaja saat mendapati koleksi photocard dan merchandise kpop lainnya dibakar oleh orang tua tanpa sepengetahuan dirinya.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Social Icons