Film ini melanjutkan kisah dari film pertama. Tapi menurutku meski kamu nggak nonton film yang pertama, tetep bakal nyambung ama ceritanya kok. Karena film pertama dan keduanya ini konflik ceritanya tidak terlalu berkaitan.
Film ini melanjutkan kisah dari film pertama. Tapi menurutku meski kamu nggak nonton film yang pertama, tetep bakal nyambung ama ceritanya kok. Karena film pertama dan keduanya ini konflik ceritanya tidak terlalu berkaitan.
Salah satu caraku untuk berdamai dengan luka pengasuhan orang tua adalah mengingat-ingat kenangan indah dan haru bersama mereka. Dulu saat usia sekolah dasar hingga remaja, hidupku hampir tidak pernah akur dengan orang tua. Terlalu banyak perasaan negatif yang menyelimutiku sehingga keburukan orang tua tampak lebih besar dibandingkan kebaikannya.
Seiring perjalanan beranjak dewasa, aku pun menyadari bahwasanya pada akhirnya orang tua hanyalah manusia biasa. Sama sepertiku alias si anak, kami sama-sama tidak sempurna. Sebagai manusia biasa, orang tuaku pasti sudah mengusahakan yang terbaik dengan segala sumberdaya yang dimiliki semampu mereka.
Menurutku, di balik kemandirian seorang anak ada orang tua yang perang batin dengan ‘rasa tega’. Pengen melatih anak belajar mandiri, eh sedikit terselip perasaan nggak tega. Kalo nggak tega mulu, kapan anak belajar mandirinya? Gitu terus sampe Dufan pindah ke Kalimantan.
Sejujurnya, aku enggak terlalu suka anak kecil. Bukan benci ya, emang nggak demen aja. Semacam kurang naluri keibuan, LOL. Walau begitu, terkadang aku masih ngerasa excited kok tiap ketemu bayi atau balita lucu menurut preferensiku, hihihi.
Mungkin alasanku enggak begitu tertarik dengan anak kecil karena enggak bisa ngobrol/nyambung dengan mereka. Alias sering awkward atau canggung kalau harus berkomunikasi dengan mereka. Enggak ngerti mau ngomongin apa.
Mungkin alasanku enggak begitu tertarik dengan anak kecil karena enggak bisa ngobrol/nyambung dengan mereka. Alias sering awkward atau canggung kalau harus berkomunikasi dengan mereka. Enggak ngerti mau ngomongin apa.
Aku merupakan anak sulung dari 3 bersaudara; dua perempuan dan satu laki-laki. Usiaku dengan adik-adik terpaut cukup jauh; 7 tahun dengan adik laki-laki dan 12 tahun dengan adik perempuan. Maklum, mulanya orang tuaku ingin punya 2 anak saja. Eh di luar rencana, Allah hadirkan adik perempuanku (kita panggil saja Fara) saat aku duduk di bangku kelas 6 SD.
Lulus dari SD, aku bersekolah asrama dari SMP hingga SMA. Lulus SMA, aku melanjutkan studi di luar kota. Otomatis aku nggak banyak menghabiskan waktu bersama adik perempuanku kala ia masih kanak-kanak. Namun ternyata hal itu nggak membuatnya ‘jauh’ dariku. Kami berdua cukup dekat, mungkin karena sama-sama anak perempuan jadi lebih nyambung satu sama lain.
Lulus dari SD, aku bersekolah asrama dari SMP hingga SMA. Lulus SMA, aku melanjutkan studi di luar kota. Otomatis aku nggak banyak menghabiskan waktu bersama adik perempuanku kala ia masih kanak-kanak. Namun ternyata hal itu nggak membuatnya ‘jauh’ dariku. Kami berdua cukup dekat, mungkin karena sama-sama anak perempuan jadi lebih nyambung satu sama lain.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Social Icons